Monday 29 June 2015

JATI DIRI DAN ASAL-MUASAL


KAJANG DAN PENDAHULUNYA

Benarkah dari 3 Bersaudara inilah yang melahirkan 10 Bersaudara dan berketurunan generasi di Kajang?
1. TU TOA (AMMA TOA PERTAMA)
2. TUKAMBANG (Artepaknya: Sawah di TUKAMBANG-TETEAKA')
3. TUTIGA (SAJANG-Ma'Rifad,Wali Allah)

Tahukah Anda Bersal Dari Siapa?
Kenali-lah Jati Diri Anda:
1. Amar Daeng Mattajang
2. Lagau' Daeng ilalang
3. Tappa' Daeng Tallesang
4. Tika Daeng Mangabang
5. Tantang daeng Mattara
6. Kannyang Daeng Managaji
7. Labangang Daeng Mangonjo
8. Tabbommbang Daeng Masarro
9. Marimang Daeng Kapetta
10. Makki' Daeng Manyarrang.

SOSIAL BUDAYA

    Salah Satu Faktor,  Bergesernya Sebuah Tradisi Budaya Yang berlandaskan kesederhanaan yang dipegang teguh oleh masyarakat adat Kajang adalah faktor ekonomi.
 
       Sebuah aturan yang mengikat di wilayah kawasan adat Kajang  adalah perlunya kesederhaan tanpa hidup materialistis. Sementara dalam aturan pemerintah adalah perlunya pemerataan perekonomian. Tidak bisa kita pungkiri sekarang, kita sangat membutuhkan yang namanya sesuap nasi. Misalnya di kawasan adat Kajang, kebanyakan orang menggantungkan hidupnya dengan beternak dan bertani. Dari beternak dan bertani tersebut, tidak seberapa dengan hasil yang diperolehnya. Makanya saat terjadi ketimpangan, banyak masyarakat adat keluar kawasan adat, ke Makassar misalnya menjadi buruh bangunan, merantau dan lain-lain sebagainya. Pada saat hal tersebut terjadi, orang-orang kawasan dapat memila-mila bahwa mana yang lebih menguntungkan, apakah pada saat mereka dikawasan mengelola tanahnya atau pada saat mereka merantau misalnya? 
       Selain dari itu, anak-anak remaja di kawasan adat Amma Toa yang tidak punya pendidikan bahkan putus sekolah, kebanyakan ke luar kawasan, dan banyak yang menjadi pelayan, pembantu rumah tangga dan lain-lain sebagainya. Terus, saat mereka merasa mendapatkan yang diharapkannya, secara otomatis, pada saat kembali ke Kawasan adat Amma Toa, banyak hal-hal baru yang mereka bawa masuk, banyak perubahan-perubahan baru, misalnya pemahaman tentang hidup dan bagaimana hidup di luar sana, serta bahkan yang paling nampak perubahan pada remaja di kawasan adat  yaitu dari cara berpenampilan di dalam kawasan yang sudah tidak sesuai dengan anjuran adat
       Ini akan menghilangkan ciri khas budaya Kajang. Terus kalau sudah begitu, kita tempatkan diri kita dimana?
       Okey, kalau memang pihak parawisata mencanangkan Kawasan adat Amma Toa sebagai objek wisata. Seharusnya pihak parawisata harus bertanggung jawab. Berdayakanlah orang-orang kawasan adat, sejahterakanlah mereka tanpa menghilangkan prinsip kesejahteran dalam aturan adat mereka sendiri. Jaga mereka, jangan sampai hilang arah. Karena kalau kalian mengaggapnya objek wisata, bukankah itu aset yang perlu dijaga? 

       (Suara untuk kalian yang merasa) Yaitu Harapan saya, bahwa biarkan orang-orang kawasan dan generasinya tetap berperan aktif dan mengambil bagian pada saat ada kegiatan yang berbau tentang budaya Kajang dan biarkan mereka menikmati hasilnya sendiri. Orang kawasan adat Amma Toa, sangat tidak mengharapkan dan sangat tidak menyetujui kalau ada sebuah kegiatan dan mengatas namakan  budaya Kajang namun tidak sesuai dengan prinsip-prinsip adat (ideology “Pappasang Ri Kajang”)  serta  tidak menyetujui jika ada kegiatan dan mengatas namakan  budaya Kajang namun tidak ada orang-orang Kajang yang terlibat di dalamnya. Dan ingat, kita jangan bangga saat orang luar yang tidak tahu sama sekali tentang Kajang namun mereka mempertontonkan Kajang. Seperti kejadian yang baru-baru ini terjadi, sebuah film yang berjudul “LIONTIN  TANAH TERLARANG” yang di siarkan di salah satu TV swasta yang menjadi kontroversi karena tidak sesuai dengan gambaran masyarakat Kajang. 
         Bira dengan pantainya, Tanah Beru dengan perahu phinisinya, Kajang dengan apanya coba, ya salah satunya yaitu dengan keunikan pakainnya. Dan yang memakai pakaian tersebut siapa??  
         Di Bulukumba, bukankah perahu phinisi, Bira, bahkan Kajang sudah termasuk bagian dari objek wisata? Dan bukankah itu pancanangan pemerintah dinas parawisata? Bisa kita katakan, bahwa secara tidak langsung Kajang pada khususnya, orang-orang kawasan adat di dalamnya sudah terjual dan bahkan dijadikan boneka-boneka bagi para pencari keuntungan. Yang  jadi pertanyaan,, apakah ini sudah sesuai dengan landasan adat Kawasan Amma Toa? Apakah, memang itu yang diharapkan orang kawasan adat Amma Toa? Apakah orang kawasan adat Amma Toa pantas dijuluki sebagai objek untuk dikunjungi dan dipamerkan ke mereka-mereka? Kira-kira apa yang di dapat orang Tua kalian,, ia pujian. Dan yang menikmati siapa? Dan apakah orang tua kalian pantas dijuluki itu semua? Sadarkah kita semua? 
       Apakah ini argument yang salah, kalau begitu, maaf,  terus kira-kira siapa, apa dan bagaimana yang benar???
       Terus, saat orang-orang yang sangat penasaran akan cerita dan wujud daripada Kajang, secara otomatis akan datang kesana. Dan kira-kira apa  yang pernah diberikan kepada tu Toa ta’? ada tidak,,? Kalau pun ada, apakah semuanya dapat merasakannya?
       Mari kita aplikasikan pasang-pasang moral na pa’boheangnga... mariki’ sipa’rimpungang, sipa’russanakkang..
                                                                                                                 Tertanda;
                                                                              Rudy Toto,S.Pd
                                                                             (The Next Generation Of Kajang)
                                                                           #081 244 588 646#

PUISI TASMAN AMBAR

KELONG ATI TANGNGA BANGNGI

Tangnga bangngi ku timba anna bolaku
Lingka sulu' ri dallekang lego lego
Sisabbu rannu timbo lalang ati Saile nai ri maddolangan langi'
Lallo tangnga sassang cappe laninring Laku itte bintoeng tabbilla taggentung rate langi
Dabbung atingku sipaddabungang ere mata
Lantemi pangngitteku nai_ricappa langi',
Sassang sangngi sassang tala rie kasinarrang Antere'ko mae bintoeng
Bintoeng pangngainna atingku
Lanynya sikalanynyakkang bulang
Manna tere mae Manna limbang balleang tamparang
Dakka lalang bulu'na bonto pao Laku tajangji kalennu
Lambbattuia ri ele lohe Tabbilla' mako mae
Sisinarri paqmaekku paqmae bulaengna karaengnu
Kiringmi mae sinaraqnu
Laku dongkoki nai ri kalennu
Angngerang passunrang surona anrongku ambunting bajiki kalennu
Baji simbaji bulaeng Bulaeng tamma pinra lino akhere,
Kajang, 30/06/15


DENGARLAH KAMI (suara anak jalanan dari Desa)
Saat-saat kaki terlangkahkan
Sejenak hati berfikir tentang keadilan
Ketika bangsa dilanda bencana
Ketika rakyat kecil dirundung duka
Ketika semua orang berharap tanya
Mana yang benar dan mana yang salah ?!
Banyak sosok muncul seolah pakar
Berteriak-teriak seakan benar
Seharusnya begini dan seharusnya begitu !!
Ternyata semua hanya teori membingungkan
Di sudut-sudut kota dan pelosok negeri
Rakyat jelata menggeliat kelaparan
Anak-anak mulai putus harapan
Akan kemana kami mencari
Napas kebebsan yang semakin sesak
Angin kehidupan yang mulai hilang
Sungguh tragis dan ironis
Rupiah terpuruk dalam kekhawatiran
Si awam hanya bertanya
Dosa siapakah ini ?!
Kok kami yang mendapat siksa
Kami tidak perlu banyak partai,
Kami tak perlu banyak pemerintah,
Yang kami butuhkan tempat ibadah,
Tempat menuntut ilmu,
Sayang, itu adalah mimpi buruk bagi kami.



TUGU CINTA
Begitu payah lenyapkan rindu
padamu yang selalu ada
biar ingin melupuskan semua
tak pernah dapat kumungkiri
luapan hati sendiri.

Semalam kutemui lagi dia
membongkar lagi bicara lama
tak berdaya untuk ku sembunyikan wajah
untuk tidak berlaku jujur
bila cinta tak pernah berkubur
segalanya menjadi mungkin
tak kan mungkin dapat berpaling
bila kau sentiasa ada
di sudut hatiku yang tersendiri.
Aku menjadi tersangat rindu
memelukmu didalam angan
mementerai janji setia
yang pernah kubina dulu
meskipun istana kau robohkan
tetap teguh dalam kenangan
menjadi tugu cinta
tersergam indah.
Takkan mungkin tersingkir
degup rasa yang bergelora
begitu dekat adanya
meski tak pernah kurasa
ada cinta di sudut hatimu
tetap kurela
bermain api membakar diri
bila rentung jiwa memberi bahagia .
Kajang, 28/06/15

(TERTAWA UNTUKMU SANG NAHKODA)
Jangan bicara soal idealisme Mari tertawa berapa banyak uang di kantong kita Atau berapa dahsyatnya Ancaman yang membuat kita terpaksa onani Jangan bicara soal nasionalisme Mari tertawa tentang kita yang lupa warna bendera sendiri Atau tentang kita yang buat Bisul tumbuh subur Di ujung hidung yang memang tak mancung Jangan perdebatkan soal keadilan Sebab keadilan bukan untuk diperdebatkan Jangan cerita soal kemakmuran Sebab kemakmuran hanya untuk anjing si tuan polan Lihat di sana... Di urip meratap Di teras marmer direktur mutat Lihat di sana... Si icih sedih Di ranjang empuk waktu majikannya menindih Lihat di sana.... Parade penganggur Yang tampak murung di tepi kubur Lihat di sana....... Antrian pencuri Yang timbul sebab nasinya dicuri Jangan bicara soal runtuhnya moral Mari tertawa tentang harga diri yang tak ada arti Atau tentang tanggung jawab Yang kini dianggap sepi Jangan bicara soal sejahtera Mari tertawa tentang masjid yang runtuh Jangan bicara soal tidur lelap Mari tertawa tentang dinginnya Nasib hidup di tanah yang subur Sebagai anak petani Dari Ammatowa Saya melihat Indonesia kau ibarat kapal tua Yang berlayar tak tahu ara Arahnya ada Tapi nahkoda Tak tahu membaca Mungkin dia Bisa membaca Tapi tertutup hasrat yang membabi buta Lantas, Kapan Indonesia Bersandar di pantai sejahtera ??
Kajang, 29/06/15




GENERASI BERCERITA

Bagus Tidak Untuk di Film-kan?


Simak Yuch:
=============================
Pemeran:
1. La Gau’:
 Anak yatim piatu dan diasuh oleh pamannya sendiri yaitu Pak Sanusi Baco’. Lau gau’ membantu mengembangkan usaha pamannya. Dia hanya tamatan SMK di Makassar. Kelahiran Kajang.
2. Pak Sanusi Baco’:
Seorang pengusaha sukses di Makassar yang berasal dari Kajang. Dia punya anak laki-laki bernama Syaripudding.
3. Syaripudding
Anak dari pak Sanusi Baco’ dan dia juga termasuk pengusaha sukses yang diwarisi dari Ayahnya. Dia tamatan Sarjana ekonomi di UIN Alauddin Makassar. Kelahiran Makassar
4. Pung Toa:
Seorang Petani, Kerabat dekat dan berteman sejak kecil dengan pak Sanusi Baco’. Dia punya anak perempuan bernama Rimang
5. Rimang:
Anak Bunga Desa, cantik jelita. Tamatan SMA, kelahiran Kajang
6. Pung Tukambang:
Seorang Petani, Kerabat dekat dengan Pung Toa. Pung Tukambang punya anak laki-laki bernama Sikki’.
7. Sikki’
Anak dari Pung Tukambang, pemuda Kajang

Kronologi Cerita
Suara ombak terdengar menghantam karang di pantai Bira. Di pagi hari tepat jam 09.00 WITA Pak Sanusi Baco’ Mengikuti pelantikan pengurus ASPINDO (Asosiasi Pengusaha Indonesia) di hotel Amma Toa di Bira.

Setelah kegiatan tersebut, Pak Sanusi Baco’ bergegas berangkat ke Kajang, tepatnya di Desa Moncong Buloa Tambangan. Tujuannya ingin silaturrahmi dengan keluarga dan kerabat dekat. Sesampai di Desa Tambangan dan istrahat di rumah orang tuanya, dia melanjutkan silaturrahmi ke rumah kerabatnya yang bernama Pung Toa.

Saat Pak Sanusi Baco’ bertemu dengan Pung Toa, mereka banyak bercerita tentang masa kecil, suasana di kampung dan persoalan keluarga. Dan yang jadi tujuan utama dari silaturrahmi pak sanusi Baco’ sebenarnya adalah niat dan keinginannya untuk menjodohkan anak laki-lakinya dengan anak perempuannya Pung Toa.

Mendengar cerita tersebut, Pung Toa langsung merespon baik niat Pak Sanusi Baco’ dan langsung menyampaikannya ke keluarga.

Pada saat sampai di Makassar, Pak Sanusi Baco’ menyampaikan hal tersebut ke anaknya yang bernama Syarifudding. Tapi pada saat itu, Syarifudding tidak langsung menanggapinya karena dia sibuk dan terlihat acuh tak acuh.

Melihat keadaan tersebut, Pak Sanusi Baco’ menemui anak asuhnya yang bernama La Gau’ dengan tujuan agar La Gau’  bisa membujuk Syarifudding.

Syarifudding pada saat itu terlihat istrahat diruangan kantornya, waktu yang tepat La Gau’ untuk menyampaikan rencana perjodohan tersebut. Syarifudding sejenak berpikir dan membuat sebuah pertimbangan bahwa sebelum proses “Duta Resmi” dia ingin jalan-jalan ke Kajang dan harus ditemani oleh La Gau’ untuk bertemu dengan anaknya Pung Toa yang bernama Rimang.

Pada saat bersamaan, ada beberapa orang dari keluarga Pung Toa menolak rencana perjodohan tersebut dengan alasan bahwa mereka dari keluarga petani miskin dan merasa tidak pantas untuk menjalin keluarga dengan Pak Sanusi Baco’. Selain itu, keluarga Pung Tukambang  juga pernah datang membicarakan rencana lamaran anak laki-lakinya ke keluarga Pung Toa. Mereka takut kedepannya terjadi apa-apa, lebih menyangkut persoalan adat di Kajang.

Namun, Pung Toa punya alasan lain, dia beralasan bahwa Pak Sanusi Baco’ adalah kerabat dekat dan sahabat kecilnya, dia tidak ingin hanya karena persoalan perjodohan anaknya, hubungannya terganggu. Menyangkut rencana lamaran keluarga Pung Tukambang, menurutnya itu masih dipertimbangkan karena persoalan “uang pappanai” dan tidak ada hubungannya dengan adat. Menurutnya adat sudah tidak sejalan dengan jaman. Sehingga apa yang sudah dibicarakan dengan Pak Sanusi Baco’  tidak ada alasan untuk dibatalkan.

Karena Pung Toa sangat bersi-keras, sehingga beberapa orang dari keluarganya yang sebelumnya menolak akhirnya mengikuti apa maunya Pung Toa.

Beberapa hari kemudian, La Gau’ menelpon ke keluarga Pung Toa dengan tujuan ingin mengabari Pung Toa kalau Dia dan Syarifudding rencana mau berangkat ke Kajang jalan-jalan sambil silaturrahim.

Pas La Gau’ menelpon, yang angkat telponnya yaitu Rimang. La Gau’ menitip pesan agar disampaikan ke Bapaknya Rimang yaitu Pung Toa.

Rimang menyampaikan pesan tersebut ke Bapaknya, namun dia sempat bertanya. Dan diberitahukan-lah Rimang tentang hal tersebut. Rimang pun merasa malu-malu mendengar hal tersebut dan karena penasaran, dia selalu di kamar menghayal memikirkan calon pendampingnya.

Di hari berikutnya, berangkatlah La Gau’ dan Syarifudding ke Kajang tepatnya di Desa Moncong Buloa Tambangan. Sesampai disana, mereka berdua nginap di rumah Neneknya. Keesokan harinya, sebelum datang ke rumah Pung Toa, La Gau’ menyempatkan dirinya ke makam orang tuanya.

Setelah makan pagi, La gau’ dan Syarifudding bergegas berangkat ke rumah Pung Toa. Diperjalanan, mereka menikmati keindahan alam di Kajang. Diperjalanan mereka bertemu dengan Sikki’ dan sempat menanyakan alamat rumahnya Rimang. Namun mereka tidak menemukan rumahnya Pung Toa karena Sikki’ memberikan petunjuk alamat palsu. Malah La Gau’ dan Syarifudding sampai tersesat ke daerah perbatasan adat Amma Toa Kajang.

Sikki’ pun pada saat itu sempat bertanya-tanya dalam hati, dan penasaran dengan keberadaan dua anak muda asing tersebut. Sikki’ mengabarkan ke orang tuanya. Setelah keluarga Sikki’ mengetahui tentang rencana perjodohan dan maksud kedatangan anak muda tersebut di kampung, mereka membuat strategi agar anaknya yaitu Sikki’ bisa menikah dengan Rimang. Salah satu cara mereka yaitu menambah uang pappanai’-nya. Dan pada saat proses “Appanai’, banyak keluarga dari pihak Pung Toa yang menyepakatinya namun Rimang  pada saat itu tetap menolak karena menganggap Sikki’ bukanlah sosok pria idamannya.

Hari berikutnya, setelah makan pagi La Gau’ dan Syarifudding kembali berencana untuk mencari alamatnya Rimang. Namun tiba-tiba pada saat itu, Syarifudding sakit perut. Syarifudding minta tolong ke La Gau’ untuk sementara waktu dia mau istirhat di rumah, cukup La Gau’ yang mencari alamatnya Rimang.

Di tengah perjalanan, La Gau’ singgah sholat di masjid dan sempat bertemu dengan perempuan cantik jelita, anggun, ayu. La Gau’ pun penasaran dan punya rasa ke perempuan tersebut.

La Gau’ melanjutkan perjalanannya dan akhirnya ketemulah rumah Pung Toa dan setelah itu mengabarinya ke Syarifudding.

Keesokan harinya La Gau’ dan Syarifudding kembali berangkat ke rumah Pung Toa. Sesampai disana La Ga’ memperkenalkan Syarifudding ke keluarga Pung Toa. Syarifudding bertanya-tanya dan menanyakan Rimang. Ternyata sudah dua hari Rimang dan sepupunya Bacce’ berangkat ke sanggar tari dan music untuk belajar “tari Kajang” dan music “Basing”. Saat itu, Syarifudding bertingka dan kelihatan kecewa. Syarifudding menelpon ke bapaknya yaitu Pak Sanusi Baco’ di Makassar. Isi pembicaraannya seakan-akan menghina keluarga Pung Toa yang miskin dan tidak punya apa-apa.

Syarifudding lewat telpon sempat di nasehati oleh bapaknya. Namun Syarifudding kembali membuat syarat. Dia ingin menikah dengan Rimang, yang penting sebelum menikah dia ingin ajak jalan-jalan ke Makassar. Menurutnya agar Rimang tidak kaku melihat suasana kota pas setelah menikah.

Syarifudding dan La Gau’ karena tidak bertemu dengan Rimang. Pada saat itu, Syarifudding langsung ingin minta ijin agar bertemu dengan Rimang di tempat sanggar seni namun istri Pung Toa langsung menolak tawaran Syarifudding. Katanya kalau ingin bertemu nanti besok pas pulang dari sanggar, karena kalau disana anak laki-laki dilarang bertamu dan pamali baginya.

Mendengar sanggahan dari ibunya Rimang, Syarifudding pun tambah kecewa. Dan pas diperjalanan kembali ke rumah Neneknya, Dia menceritakan hal-hal yang dialami selama di Kajang ke La Gau’. Dia merasa tidak pantas hidup di Kajang, Kajang terbelakang dan penuh aturan aneh.

Rimang yang ayu, jelita sebutan bunga desa bagi orang di Desa tersebut, kembali ke rumah dan terherang-herang melihat dua pemuda duduk diteras rumahnya. Dan yang bikin tercengang karena yang pernah ditemui di depan Masjid sekarang ada di rumahny. Dalam hati La Gau’ pun bingung dan penuh tanda Tanya. Sementara Syarifudding, dalam hatinya sudah menduga kalau perempuan itu adalah Rimang. Sebelumnya Syarifudding yang kecewa dan jijik melihat keadaan rumah Pung Toa barubah menjadi wajah yang penuh keceriaan.

Rimang mepersilahkan Syarifudding dan La Gau agar masuk ke ruang tamu. Tak lama kemudian, keluarlah kedua orang tua Rimang dari ruang keluarga sambil memperkenalkan Rimang ke Syarifudding dan La Gau’.

Saat itu, Syarifudding tiba-tiba ingin mengajak Rimang keluar jalan sambil memegang tangannya. Ibu Rimang terkejut, tidak bisa banyak bicara dan takut menegur karena nanti akan dimarahi oleh Suaminya (Pung Toa). Pung Toa pun mempersilahkan Syarifudding namun Rimang menolak ajakan tersebut.

Pada saat itu, Rimang selalu berkomunikasi dengan La Gau’, meminta saran dan cari tahu tentang Syarifudding. Tapi La Gau’ selalu menutupi sifat dan tingka laku Syarifudding yang sebenarnya.

Pung Toa mengingatkan Rimang bahwa apapun yang disuruh atas ajakannya Syarifudding agar diikuti. Sebagian besar keluarga Pung Toa mulai heran melihat tingkah Syarifudding. Pada saat itu, Rimang sering keluar berduaan bersama Syarifudding yang mengakibatkan Rimang tidak aktif lagi di Sanggar. Sementara itu, La Gau’ sibuk sendiri di rumah Nenek Syarifudding membantu berkebun dan pada saat tiba waktu sholat, La Gau tidak lupa ke Masjid. Sementara Syarifudding tetap sibuk bersama Rimang.

Rimang dan Syarifudding pun mulai jadi bahan pembicaraan di masyarakat Desa tersebut. Masyarakat menganggap aneh perbuatan mereka berdua. Rimang yang pada dasarnya tidak punya rasa suka ke Syarifudding, hanya mengikuti kehendak orang tuanya. Perasaan Rimang hanya ke La Gau’.

Syarifudding dan Rimang sampai jam 07.00 malam, belum tiba dirumahnya. Pung Toa mencoba menghubungi La Gau’ dan mempertanyakan keberadaan Syarifudding. Tapi tiba-tiba Syarifudding menelpon ke La Gau’ dan mengatakan bahwa Dia bersama Rimang di Makassar. Mendengar kejadian tersebut, keluarga Pung Toa resah. Pung Toa memberitahukan ke semua keluarganya agar masalah ini jangan sampai terdengar ke masayarakat.

Syarifudding pada saat itu, mengajak Rimang ke Retro Café sampai larut malam di Makassar.

Secara sembunyi-sembunyi Rimang menelpon La Gau’ agar dia datang menjemputnya di Makassar. Rimang mengancam kalau La Gau’ tidak datang maka dia akan bunuh diri. Syarifudding yang pada saat itu mabuk, diantar pulang ke rumah dan selanjutnya Rimang diantar pulang ke Kajang pada dini tengah malam karena keluarga di Kajang menunggu. La Gau’ pada saat itu hanya mengabarkan kejadian tersebut ke Pak Sanusi Baco’ yang kebetulan pada saat itu dia berada di luar kota yaitu di Jakarta.

Pak Sanusi Baco’ kaget mendengar kejadian tersebut dan menelpon ke Pung Toa. Dia meminta maaf atas kejadian tersebut.

Keesokan harinya tepat jam 06.30 Pagi, Syarifudding terbangun dan bingung karena Rimang tidak bersamanya. Saat itu, Dia tiba-tiba ditelpon, Dia dimarahi dan Pak Sanusi Baco’ menyampaikan rasa kecewa ke anaknya. Pak Sanusi Baco’ merasa beruntung karena ada La Gau’ yang membantu Rimang pulang ke Kajang.

Timbullah rasa benci, rasa iri Syarifudding ke La Gau’. Terjadilah permusuhan diantara mereka berdua yang pada akhirnya Syarifudding mengusir La Gau’ dari rumahnya. La Gau’ pergi dan berangkat ke Kajang rencana mau temui sanak keluarga. Dia naik mobil sewa tapi turunnya hanya sampai di kota Bulukumba. Karena tidak cukup uang, terpaksa Dia berjalan kaki

Pada saat Pak Sanusi Baco’ tiba di Makassar, sempat menanyakan keberadaan La Gau’ tapi Syarifudding malah menjawab bahwa mungkin La Gau’ ada di kantor. Setelah itu, Pak Sanusi Baco’ mengajak Syarifudding untuk menyelesaikan masalah ini dengan baik-baik. Mereka berdua berangkat ke Kajang. Namun yang terjadi pada saat itu, justru Rimang mengungkapkan perasaannya di depan semua keluarga bahwa dia hanya jatuh hati ke La Gau’. Pada saat itu juga Syarifudding meminta maaf atas perbuatan dan tingkah lakunya selama ini.

Semua keluarga pada saat itu, berusaha mencari tau keberadaan La Gau’. Terdengar kabar kalau tadi malam terjadi kecelakaan. Sesuai identifikasi, KTP atas nama La Gau’ telah ditabrak mobil dan patah tulang dan sekarang dia ada di rumah sakit. Semua keluarga bergegas kesana.

Permintaan maaf Syarifudding ke La Gau’. Dan justru pada saat itu, Syarifudding mencoba menjadi perantara dan berbicara di depan umum bahwa Rimang menyukai La Gau’. Yang pada akhirnya, walaupun La Gau’ cacat, Rimang menerima keadaannya. 

THE END


By: RUDI TOTO KAJANG (THE NEXT GENERATION) - 081 244 588 646
Kunjungi Blog Website http://rudikajang.blogspot.com/ 

HOME